Belajar Menulis Autobiografi

Persembahan untuk group Belajar Blogging

Tulisan ini saya persembahkan untuk teman-teman baik saya di group Belajar Blogging. Walaupun saya baru kenal dan tidak pernah bertatapan langsung dengan beberapa anggota dari mereka, namun mereka sudah menjadi cambuk saya untuk menulis. Saya menulis, sehingga saya berpikir. Saya berpikir, maka saya Ada, itu arti dari istilah Cogito Ergo Sum

Belajar Blogging menantang kami membuat Autobiografi, lebih tepatnya Admin yaitu Anne Lesmana pemilik blog http://www.mamaketce.com selama sebulan membuat challege-challege yang cukup menarik bagiku. Dan terimakasih ternyata saya berkesempatan 3 kali berturut-turut sebagai pemenang Die Hard Writer, semua saya lakukan karena saya suka menulis.

di Minggu ke III, IV, dan V jadi pemenang. Tidak bermaksud berambisi untuk menang, tapi bagi saya menulis itu sama seperti menggambar, bagaikan seni. Rasa lelah bisa terobati dengan menulis, tapi ya lumayan jari-jari yang menjadi kaku mengetik di hp Android.. heheh.

Bila ditanya tantangan menulis Autobiografi digroup ini langsung sepi. Entah mengapa. Sudah ditunjuk ada yang mundur, ada yang mendadak menghilang, mungkin tantangan ini menjurus ke privasi. Tidak mengurangi rasa hormat pada teman-teman, tak lebih cuma karena saya suka menulis, maka saya mulai agar tantangan ini bisa berjalan ya..

Kalau ditanya Autobiografi, mungkin aku tidak bisa dapet nilai 100 untuk menjelaskannya. Karena bagaimanapun manusia itu pada dasarnya sama, diciptakan memiliki akal dan pikiran. Kita makhluk hidup yang luar biasa, ada fisik dan juga psikis. Lalu, apa yang bisa membedakan antara Aku, Kamu, dan Mereka?

Kalau di istilah psikologi, makhluk yang namanya manusia itu Uniq, memiliki Individual Differencess, artinya setiap manusia diciptakan berbeda, memiliki perbedaan satu sama lain, bahkan orang kembar sekalipun, walaupun mereka serupa, ada beberapa hal yang tidak sama. Semua manusia secara fisik dan psikis tidak ada yang sama.

Aku, Kamu dan Mereka. Dari lahir menjadi seorang bayi, secara kasat mata, fisik sudah terlihat berbeda. Dibedakan oleh Berat badan, panjang badan. Lalu suara, jenis kelamin, gerak-gerik semakin menunjukkan perbedaan. Tak lupa didasari perkembangan mental dan kognitif yang pada dasarnya sama. Mulai melihat diusia 40hari, mulai celoteh diusia 2bln, mulai kuat ditulang leher, belajar merangkak, berdiri, berlari, melompat, berpikir, dan sebagainya. Lalu faktor pembeda Aku, Kamu dan Mereka adalah, bagaimana Aku bisa lebih cepat/lebih lamban dalam perkembangan tersebut diatas, dengan diiringi waktu yang terus berjalan.

Bagaimana Aku, Kamu dan Mereka bisa survive mempelajari semua itu hingga sekarang? Karena kita punya pengasuh, seseorang yang membesarkan kita, yang merawat kita hingga usia sekarang. Peran pengasuh sangat penting dalam memberikan perhatian, dan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan bayi yang diasuhnya. Bila ada diantara mereka dibesarkan dengan pengasuh yang merupakan makhluk hidup lainnya seperti hewan, maka mereka akan tumbuh layaknya hewan tersebut, seperti kisah nyata berikut (baca: 5 kisah anak manuaia yang dibesarkan binatang).

Alhamdulillah aku diasuh oleh kedua orangtuaku, dengan keras dan tanggungjawab seorang bapak, dan dengan kasih sayang seorang ibu. Keturunan Ayah dari Sunda-Madura, sedangkan ibu asli Madura. Namun demikian aku tak pernah lahir bahkan tak pernah hidup di pulau Madura. Aku dilahirkan di Bogor, Jawa Barat disaat Ayahku sedang studi S3 di IPB dan penelitian di Malaysia. Sudah ada dua balita yang dilahirkan dari rahim ibuku sebelum aku dilahirkan. Ayahku melakukan penelitian melatonina sehingga aku menjadi memiliki nama “Melani”.

Ibuku bilang aku termasuk anak yang penurut, karena disaat Ayahku pulang dari Malaysia, Ibu langsung kontraksi serasa mau melahirkan. Lalu Ayah bilang, “nak tolong jangan sekarang, Ayah masih capek..” sambil mengelus perut Ibuku. Dan kontraksinyapun berangsur-angsur hilang, dan akhirnya aku benar-benar terlahir besoknya di tanggal 29 januari 1986.

Ayah dan Ibu mendidik kami sebagai anak-anak yamg berada dalam nuansa edukasi, karena Ayah adalah seorang Dosen Muda dan Tauladan sejak masih kuliah. Beliau orang yang tekun dan giat belajar. Sedangkan ibu seorang yang sabar dan sangat merangkul anak-anaknya. Sehingga bertahun-tahun dilematik rumahtangga diatasi dengan ajaran beliau. Jadi bisa ditebakkan? Aku orang yang bagaimana?

Ayahku termasuk seseorang yang mandiri dan pekerja keras. Beliau tidak hanya berucap, tetapi beliau mampu menunjukkan segala sesuatu yang akan ia raih dengan tindakan. Lalu ibuku melindungi dan menjaga kami, 24jam aku bersama beliau hingga pada akhirnya pendidikanlah yang memisahkan kami. All about study.

Di akademis, nilai sangat terkontrol oleh Ayah dan Ibu, tantangan selalu datang dari Ayah yang dengan ringannya selalu menunjuk nilai yang kurang, lalu berkata “ini masih rata-rata, berarti belum diatas rata-rata”. Lalu bagaimana dengan nilai yang bagus? Jawabannya adalah tidak dibahas. So, bisa mengira kan aku orangnya seperti apa?

Aku selalu mencari nilai diatas rata-rata, nilai akademisku selalu diatas rata-rata, selalu memiliki peringkat tertinggi, bila di peringkat 2, aku biasa saja. Apalagi diperingkat 3,4,5.. dst aku malah bisa Down. Dan Alhamdulillah aku selalu di 3 besar dari SD samai dengan SMU. Masa sekolah diiringi dengan masa puber, fokusku pada akademis membuahkan hasil aku tidak terlalu terbuai oleh rayuan-rayuan lelaki. Dari cara mereka berpuisi, memberi hadiah, menembak/mengungkapkan cinta dengan romantis, menjadi sesuatu yang membuatku gugup dan bingung. Perasaan suka pada seseorang ada, tapi logikaku lebih bermain bahwa aku tidak mau berpacaran.

Banyak dari mereka yang kejar-kejaran ingin mendapatkan hati saya. Namun semua aku hargai dan beri jarak. Bahkan duduk bersebelahan dengan laki-laki aku tak mau. Memandang dalam berbicara 4 mata pun aku tak bisa, jadi kalau bicara tak pernah bertatapan, rasanya Malu. Begitu saja malu, apalagi yang lainnya? Tak sedikit orang yang mencegatku saat pulang sekolah, hanya untuk mengungkapkan cintanya. Namun aku selalu beralasan “mau belajar dulu, masih kecil tidak mau pacaran”.

Lalu bagaimana aku sekarang bisa menikah dan memiliki dua orang anak?

Dijodohkan. Tidaklah, ha.ha.ha. orangtuaku sangat hebat menjagaku. Dimasa SMU aku terperangkap dalam kondisi orientasi sekolah dengan seorang pria. Aku menjadi Ratu dan dia menjadi Raja. Kami selalu disandingkan berdua, bahkan dudukpun kami harus satu meja. Ughh.. saat itu rasanya kaki ini ingin melangkah saja keluar dari kursi dan meja. Namun apadaya masa orientasi siswa (Mos) selalu ada hukuman bila tidak ikuti aturan, dan aku tidak suka melanggar. Mau bicara malu, bertatap mata langsung juga malu. Jadi disetiap kakak senior keluar kelas, aku selalu beranjak pergi dari kursiku, pindah duduk dengan teman wanita. Lalu bagaimana dengannya? ternyata iapun sama. Lelaki yang malu, tapi bukan pendiam. Dia hanya tidak biasa dekat lebih intim dengan wanita. Dia bandel, rame, usil, kurus, tapi punya background prestasi yang unggul seperti saya.

Dia cuek dengan wanita, malah benci dengan wanita penggoda. Satu poin bagiku. Secara fisik, dia tinggi satu poin lagi bagiku. Dia pintar, satu poin lagi bagiku. Just like that! Saat itu tidak ada pikiran untuk jadi Ayah dari anak-anakku saat ini. Lalu, dia ternyata bermain strategi mendekatiku. Menyuruh kakak seniornya untuk mengambil fotoku untuk dia simpan. Lalu dia sering membantuku menyelesaikan tugas-tugas Mos. Pendekatannya padaku hanya seputar pinjam buku, garap tugas, contek PR. Dan mencari tahu alamat rumahku, berkunjung dengan alasan pinjam buku bahasa Jepang milikku.

Dua Minggu berteman, lalu pulang sekolah dia menunggu kelasku sepi dengan mengajakku bicara, lalu menyatakan cinta. Aku yang tidak mudah menerima laki-laki, apalagi pacaran untuk apa? Hello… dua minggu menyatakan cinta?? Jelas aku tak maulah. Kenal aja tidak.Yang sudah bertahun-tahun mengejarku saja, sudah didalam antrian menunggu jawabanku, apalagi yang baru 2 minggu (Buaaak.. tiba-tiba guling bayi dilempar kearahku, saat aku tertawa menulis artikel ini, Dia yang sudah menjadi Ayah bilang “Ngapain sayang kok ketawa sendiri.. gila ya..” sambil benerin selimut anak perempuanku yang pertama) huahah.ha.ha. rasanya konyol sekarang bisa ada Dia, Aku dan kedua anakku disatu kamar.

Lalu, tentu saja saat itu juga aku bilang “maaf.. kamu ga keliru? kamu kan ga tau aku..? aku juga ga tahu kamu..”

Dan dia meyakinkanku bahwa dia sudah mencari tau tentang aku. Lalu bagaimana denganku? Aku sama sekali tidak tau dia, yang kulihat tidak lebih hanya seorang laki-laki tinggi, kurus yamg menanyakan cintanya. Begitulah masa cintaku. Mau tau lebih lanjut, bisa baca di artikel Kisah Nyata Raja dan Ratu MOS.

Lalu selepas SMU, aku tetap semangat untuk belajar melanjutkan studi yang menarik bagiku yaitu Kedokteran, Psikologi dan Matematika. Alhamdulillah, masuk SPMB di Psikologi Unair, aku selalu memonitor prestasi belajarku, orangtuaku sudah pasrah melihat aku yang telah mampu memanage jadwal belajarku dengan baik. Lalu lulus dengan nilai Memuaskan, berkarir menjadi personil HRD termuda di Miracle Aesthetic Clinic, lalu berkembang menjadi Asisten Manager di BTPN syariah. Karirku begitu cemerlang, tidak diragukan kemampuanku, aku sudah menjadi pegawai tetap hanya dalam jangka waktu 3 bulan semenjak bergabung. Dua tahun berjalan dengan progress target yang selalu terpenuhi. Lalu memutuskan keluar untuk melanjutkan studi S2.

Namun studiku terhenti karena aku hamil dan disaat itu aku mual meriang seperti masuk angin. Cuaca saat itu juga tidak mendukungku, setiap aku berangkat kuliah selalu ditemani dengan hujan (kuliahku malam). Aku menghawatirkan kandunganku. kepalaku selalu pusing melihat lalu-lalang mobil lewat. Perutku mual mencium bau asap dari kendaraan bermotor di jalan. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk berhenti kuliah S2. Demi calon Anakku yang pertama.

Usahaku tak berhenti disitu, aku mulai menjamah dunia bisnis. Mencari peluang apa yang bisa kulakukan, mencari sesuatu yang bisa menyembuhkan pikiranku. Karena aku tidak suka diam. Pioneer ku yang pertama adalah menjual kripik monster, lalu sekarang adalah teri krispi, kalau berminat Silahkan di klik artikel ini tentang teri krispi. Aku juga punya sambilan lainnya, yang sudah berjalan semenjak dimasa kuliah, yang aku bangun bersama dengan mantan kekasihku di masa kuliah. Dan saat ini pun masih berlanjut, aku menerima percetakan, mulai dari cetak buku, spanduk, stempel, kartun nama kuitansi, nota, dan sebagainya (harga bersaing). Berbagai macam proyek pengadaan, seminar kit, workshop, dan saat ini berkembang menjalankan bisnis APAR (Alat Pemadam Api Ringan).

Nanti akan aku ulas lebih lanjut artikel tentang APAR. Itulah dunia bisnisku, masih ingin belajar dan terbuka untuk melihat bisnis yang lain. Semua bisnis ini aku jalankan dengan mantan kekasihku, kami sudah begitu solid karena kami sudah jalan dari masa kuliah. Dan sekarang kami bertambah solid karena kami sudah dalam satu pernikahan.

Alhamdulillah saya dikaruniai dua orang anak perempuan yang lucu-lucu dan menyenangkan. Mereka anak yang cerdas, cantik dan manis.

Sekarang saya sangat suka berdiri didunia bisnis, karena saya juga memiliki waktu yang berkualitas dengan anak-anak tercinta saya. 24jam kami tunggu bersama. mereka menjadi PR saya untuk Allah. Insya Allah saya akan mendidik mereka dengan sebaik-baiknya, menjadi anak yang berbakti pada kedua orang tua, dan berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Amin.

Itu cerita saya, karena dari aturan group blogging saya harus menunjuk untuk melanjutkan autobigrafi, maka saya tunjuk teman saya Anne untuk menulis Autobiografi berikutnya. Bagaimana ceritamu?

Salam kenal,

Dewi.

7 thoughts on “Belajar Menulis Autobiografi

  1. Wahhhhh banyak bgt yg pengen aku komentarin #anaknyadoyanngoceh.
    Berdarah madura to? Tangannya pasti sedepppp, secara masakan favoritku rata2 dari madura 😍
    Ndilalah anak unair jg hahahaha, aku dari fisip kakakkkk 😛
    Seru nih cerita raja dan ratunya, emang jodoh ga tau kemana yah 😅
    Ntar pas aku balik, insya allah mau pesen terinyaaaa. Tapi ga tau kapan mulihnya ini 😑

    Like

Leave a comment