Menjadi Mama Super

Kabar menyedihkan… ini tulisan keduaku dengan judul yang sama. Tulisan pertamaku diutak-atik sama anakku dan hilanglah semuanya. Rasanya airmata ini sudah mau ngucur deras tapi terbendung sama kesadaranku sebagai seorang Mama yang tak berdaya dan tidak bisa memarahi anak.

Bagaimana mungkin aku menjelaskan apalagi marah pada anak 8 bulan, bahwa Mama sudah susah payah meluangkan waktu dan mood untuk menulis lalu tiba-tiba saja tidak sengaja terdelete. Huwaaaaa…. bisanya teriak saja ya disini. hiks hiks..

Benar-benar harus menjadi Super Mama, bukan super Dede ya. Bismillah, bertemu dengan moodku yang berbeda dalam tulisan ini. Kawan, jika membaca judul saya dan apa yang akan terlintas dibenak anda? coba jelaskan ya di bagian komentar.

Baca artikel teman saya juga, mbak Haya tentang passion, love or money bila memang ingin mengerti lebih dalam tentang judul yang saya jadikan tema ini.

Menjadi Mama Super, itu terlihat bagaikan menjadi seseorang yang tidak pernah lelah dan kuat. Menjadi seseorang yang serba bisa di segala kondisi. Menjadi seorang mama yang kreatif tetapi juga bisa ngerawat anak. Menjadi seorang mama yang memiliki karir yang baik. Menjadi seorang mama yang tidak hanya diam di rumah.

Kalimat terakhir ini yang sering menjadi dilematis. Bahkan menjadi sasaran empuk, karena seorang mama yang hanya diam di rumah, akan dikatakan hanya atau cuma sebagai ibu rumah tangga.

Kata-kata ini menjadi tudingan miring disaat semua wanita beralih menjadi wanita karir. Ada banyak penilaian lebih disaat wanita menjadi wanita karir. Padahal kalau kita lihat jaman dulu sebelum perang, wanita tidak banyak terlibat dalam dunia karir. Mereka para wanita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan merawat anak-anak mereka. Jadi sebenarnya lebih baik yang mana wanita karir atau hanya atau cuma ibu rumah tangga?

Bagi saya, semua ada positif dan negatifnya. Dan suatu waktu tetaplah 24 jam. Di belahan dunia manapun Tidak ada yang lebih dari 24 jam. Tergantung fungsi dari 24 jam ia berada. Kita Contohkan pada kegiatan dalam satu hari.

Wanita berkarir, bangun pagi siap-siap kerja, memasak untuk keluarga, menyiapkan keperluan anak dan suami, mengantar anak sekolah lalu berangkat ke kantor. Begitu dia sudah ada di kantor itulah waktu yang telah dibeli oleh karirnya. Waktu untuk anak dan suami sudah tidak ada di situ, bisa disiasati dengan telekomunikasi baik telpon, SMS. atau video call.

sumber foto: google

Tetapi tetap keberadaan secara fisik tidak ada buat anak. Kebutuhan pada anak secara langsung di jam kerja tidak ada. Bagaimana anak kita makan siang? Dengan siapa ia akan tidur siang? Bagaimana jika ia ingin pipis atau buang air besar? Siapa yang memandikannya di sore hari nanti? Saat mandi sore siapa yang menyentuh tubuhnya, melihat perubahan dari tubuhnya? Siapa yang merawatnya saat anak sakit lebih dari 3 hari? Siapa yang bisa pegang kendali disaat anak kita butuh, sedangkan saat itu kita harus bekerja. 

Baik, mungkin ada penitipan anak, ada orang-orang handal yang memegang, mungkin bisa kakek neneknya yang menangani dan menyayangi, atau mungkin gurunya karena dia ada di full day school, berarti kita sebagai Mama tidak ada di sampingnya bukan? Kebersamaan dalam sehari-hari itu akan berkurang. Solusinya bisa pergi bersama di saat weekend. Atau sepulang kantor melepas lelah pergi bersama anak-anak juga bisa dilakukan.

Lalu bagaimana jika kantor menuntutmu untuk lembur? kegiatan yang sudah menjadi janji pada anak sepulang kantor nanti jadi dibatalkan. Waktu bersama untuk berkumpul melihat film kesayangan dengan anak jadi terabaikan. Walaupun ini tidak sering terjadi, tetaplah ini menjadi berkurang. Lalu Bagaimana pula jika akhir pekan diisi dengan lembur harus tugas masuk kerja? ini pun akan menjadi korban waktu dengan anak-anak. 

Pasti ada nilai kebersamaan yang berkurang, tapi nantinya juga akan ada nilai baru yang muncul. Bisa jadi dengan anda bekerja yang akan menjadi inspirasinya untuk bekerja. Dan di sisi lain kita juga memiliki penghasilan dari pekerjaan kita.

Lalu bagaimana dengan seorang mama yang tidak bekerja? yang dengan Tudingan hanya atau cuma dirumah? Seorang mama itu menjadi seseorang yang ADA. Layaknya Tuhan, dimanapun kita berdoa ada Tuhan. Seorang mama yang ada di rumah, adalah tempat kembalinya pulang bagi anak-anak.

Sumber: google juga

Adalah tempat dimana anak-anak akan berkeluh kesah di setiap waktu. Adalah tempat dimana anak membutuhkan kehadirannya. Adalah tempat dimana anak-anak ingin memeluk menangis atau bahkan bercerita spontan sambil tertawa, sambil bersedih, dan tidak ada keraguan untuk bercerita. Tidak ada kondisi lelah Mama karena dimarahi atasan di kantor. Dengan extra menampung segala cerita. menjadi tempat tanpa harus anakanak menunggu.

Waktu itulah yang merupakan harga tertinggi seorang mama yang dikatakan hanya atau cuma ibu rumah tangga. Dari pagi hingga malam lakukan segala aktivitas rumah tangga, untuk ketenangan anak-anak menjalankan aktivitasnya. Untuk ketenangan sang suami menjalankan karirnya. Hitunglah nilai-nilai yang ada pada ibu rumah tangga. Tidak akan pernah bisa diukur. Lalu Mengapa yang beredar adalah hanya dan cuma

Padahal pekerjaan seorang Mama itu adalah Mulia. Bagai seorang dokter dan perawat di saat anak sakit. Bagai koki di saat kita memasak. Bagai cleaning service dan asisten rumah tangga disaat membersihkan rumah. Bagai manajer keuangan mengatur keuangan. Bagai guru yang mengajarkan apapun pada anak-anak. Bagai motivator untuk mengajarkan anak menjadi kuat  Tidak tergantikan dengan apapun, bahkan digaji pun tak mampu untuk semua profesi itu. Karena itu Surga berada dibawah telapak kaki Ibu.

Maka Kenapa label hanya dan cuma yang tertera? Mengapa tidak dibalik Hanya wanita karir? atau Cuma wanita karir? Label ini Tidak ada salahnya bukan kalau kita lihat hilangnya waktu bersama dengan anak. Maaf jangan marah dulu bagi Mama yang berkarir. Dilanjutkan bacanya ya, supaya tidak ada dusta diantara pembaca dan penulis. Sudah bisa merasakan bukan, menyedihkannya label itu?

sumber : google lagi

Jadi sebenarnya pada dasarnya semua Mama itu super. Menjadi wanita karir, atau menjadi ibu rumah tangga sama Mulianya. Jika itu didasari dengan perasaan ikhlas. Bukan dikarenakan untuk melarikan diri dari tanggung jawab dalam merawat anak-anak.

Semua itu menjadi suatu pilihan, Mungkin suatu kondisi yang mengharuskanmu menjadi Hanya wanita karir. Dan juga mungkin suatu kondisi yang mengharuskanmu menjadi Hanya ibu rumah tangga.

Lalu Jika pekerjaan seorang Mama itu Mulia, maka Lepaskanlah kata hanya atau cuma.

Baca juga artikel Dira Indi :

SuperMom harus punya kekuatan Super?

Maka kamu akan menjadi Mama super, sesama wanita, toleransi dan saling menghargai wanita. Tidak ada wanita yang dianggap sebelah mata. Kecuali mereka para wanita yang lari dari tanggung jawabnya, atau merampas hak wanita lain. Jaga lah Surga untuk anak-anakmu. Ciptakanlah surga untuk suami sah mu. Jadilah anak yang sholeh untuk memberikan doa pada kedua orang tuamu, khususnya Mama yang telah menyediakan waktu sepanjang hidupnya untuk menyayangimu.

Salam untuk para Mama Super,

Dewi.

15 thoughts on “Menjadi Mama Super

  1. Nice thought. Iya juga ya, aku baru kepikiran. Emang ga pernah denger label “cuma wanita karir”. Tapi gapapa deh, waktu yang akan menjawab klo full time mom juga ga kalah kerennya sama wanita karir.

    Buat aku pribadi, being a full time mom is my new career 🙂

    Semangat #emakkudusetrong 💪🏻

    Like

    1. iyaa.. mbak dewi, hanya karena berkarir dg berpenampilan rapi jgn sampai lupa dengan mama kita terdahulu yang mengenakan daster beraroma dapur berkeringat demi menjadikan anak-anak yang baik dan sehat:-)

      Like

  2. Bener banget itu. Iya, emakku yang selalu standby dirumah, dulu selalu siap masakin masakan kesukaanku kapanpun kumau ( sekarang emak gak bisa apa2 karena sakit) plus dengerin ceritaku. Jadi kangen emak dirumah 😦
    Salam kenal ya

    Like

    1. Salam kenal mbak Sarah.. Memang Mama tuh tiada duanya, semoga kita bisa merawat beliau dimasa tuanya nanti.. Mamanya mbak Sarah sakit apa? Semoga beliau diberikan kesehatan dan cepet pulih ya..

      Like

      1. Aamiin, makasih doanya. Mulanya cuma karena jatuh kepeleset dikit aja, trus jadi kena stroke sebagian, bagian kiri yang nggak bisa bergerak, nggak bisa apa2. Ternyata ini bagian yang paling parah dibanding kalo kena stroke bagian kanan.

        Like

  3. Pernah ngerasain juga. Jd wanita karier meski cm bentar. Waktu itu terpaksa kerja setelah cumil sekalian ngurus surat resign karena aku lbh memilih ngurus anak. Yg ada malah galau, ga konsen n kepikiran anak terus mba. Semua kembali sm pemikiran masing2 yaa hehe #curcol

    Like

    1. iyaa.. pasti bila wanita krn terdorong sesuatu hal org memutuskan utk bekerja.. kecuali org yg lari dari tanggungjawabnya, miris sering melihat wanita /terutama sdh menjadi ibu tapi berbuat hal-hal yang merugikan anak kandungnya.. juga sedih liat sesama wanita yang melihat tudingan miring ttg wanita lainnya. krn itu bs saling support sesama wanita, tdk memandang sebelah utk

      Like

Leave a comment