Kids Jaman Now

Revolusi Mental dalam perkembangan Anak

Selamat hari pahlawan 10 November… Yah telat sehari, tapi istilah telat cukup mengusik  telingaku. Masak perjuangan para pahlawan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun hanya dihargai diperingati hanya sehari, lalu besok harinya sudah terlupakan?

Janganlah..

Jaman dulu mungkin sama sekali tidak terbayang akan ada istilah “Kids jaman now” ya.. Apa hubungannya?

Jadi sebenarnya peperangan yang terjadi di Indonesia jaman dulu sangat terbuka, dan ekstrim sampai ke kondisi fisik bahkan pengorbanan nyawa. Tapi kalau sekarang? Saya rasa peperangan nya lebih ke bersifat mental. Seberapa kuat kekuatan mental seseorang untuk menghadapi banyaknya perubahan jaman.

Dari kebutuhan primer yang tidak bisa ditinggalkan seperti sandang, pangan, papan, hingga kebutuhan update of the month yang sebenarnya tidak terlalu perlu dibutuhkan di kehidupan kita. Salah satu akibat dari berkembang pesatnya dunia IT, dan tidak semua orang  siap menghadapi perubahan ini. Sehingga terkadang istilah yang biasa nya jaman dulu bisa dilihat dengan mata telanjang, “rumput tetangga lebih baik” sekarang dilihat hanya dengan menggeser jari di gadget yang mereka miliki. Mental lagi yang terserang kan? Padahal yang mereka lihat juga terkadang jauh dibelahan pulau lain, bahkan belahan bumi lainnya.

Kids Jaman Now.

Yang menurutku itu suatu istilah ambigu, dan berbeda tipis dengan istilah yang berusaha menerima suatu perubahan pada apa yang terjadi pada anak cucu kita. Suatu perubahan aturan. Yang sebelumnya kita tegas pada aturan, disiplin, bisa dipatahkan dengan istilah “Kids Jaman Now” nah lagi-lagi para orangtua yang bisa membedakan apa yang terbaik buat anaknya. Walau terkadang dilematis masih sering muncul diantara hati kecil dan sekeliling.

Baca juga : Revolusi mental edisi siap jadi Pengusaha

Efeknya apa sih? Banyak. Berikut beberapa yang bisa saya ulas:

1. Perubahan gaya hidup,

Dulunya Manusia berpikir produktif, sekarang jadi konsumtif. Yang sebelumnya menanak nasi, sekarang membeli nasi, yang sebelumnya membuat kue, sekarang membeli kue. Yang sebelumnya membesarkan anak dengan tangan sendiri, sekarang membeli jasa orang untuk merawat. Semua jawaban kembali pada “kebutuhan”. Coba kita telaah kebutuhan apa yang kita cari? Lebih banyak kebutuhan utama atau kebutuhan pelengkap? Atau kebutuhan utama jadi bernilai tinggi sehingga kita perlu kejar lebih keras untuk mendapatkan nya? Atau kebutuhan pelengkap yang menjadi kebutuhan utama?

Jawabannya hanya ada dihati kecil masing-masing.

2. Perubahan Komitmen

Komitmen tidak hanya terjadi pada pasangan, komitmen juga terjadi pada konsistensi diri kita. Seperti misalnya kita bisa menjadi seseorang yang konsisten mengajarkan anak dengan cara turun temurun yang telah diwariskan oleh orangtua kita. Tapi alih-alih terkena istilah Kids jaman Now, Konsistensi bisa diterjang. Jadi sekarang sangat dibutuhkan Ibu dan Ayah yang Smart untuk memilah yang baik untuk  anak, bahkan mencari cara untuk membatasi dengan baik jika anak terlibat diperubahan jaman yang terjadi. Sikap komitmen dengan resep terdahulu, menjadi istilah pola asuh yang Otoriter dan tidak menarik bagi banyak kalangan anak-anak.

3. Perubahan hasil

Bila kita tidak bisa memberikan pendidikan selayaknya orangtua kita mendidik kita, maka kemungkinan besar hasilnya juga tidak akan sama dengan kepribadian kita yang merupakan hasil didikan orang tua kita. Apalagi perubahan jaman disekitar kita yang cukup besar pengaruhnya pada perkembangan anak. Jadi bersiaplah untuk menghadapi kepribadian anak yang jelas berbeda dengan kita. Bila kita tidak terjerumus terlalu dalam pada istilah Kids jaman now, maka mari sebaiknya mengantisipasi sejak dini dengan segera mengubah pola asuh yang sebenarnya dianggap salah. Kedisiplinan dalam mendidik anak sangat penting ditegakkan, karena secara softskill anak akan belajar cara menanamkan diri untuk tidak terpengaruh dengan hal-hal yang dirasa buruk bagi dirinya. Seperti misalnya pergaulan bebas yang alih-alih bisa jadi teman-teman nya mengatakan ini Kids jaman now. Anak perlu diajarkan apa yang benar dan apa yang salah. Semua itu perlu dijelaskan dengan berulang dan konsisten. Siapakah yang bisa melakukan itu? Jawabannya adalah seorang ibu, seorang Ayah, bahkan seorang guru.

Maka sebagai orangtua dan sebagai guru kita punya PR untuk membenahi istilah Kids jaman Now, agar anak tidak terjerumus pada hal-hal yang sebenarnya tidak baik untuk perkembangan mereka. Mau kita bawa kemana anak-anak kita, jangan sampai mereka tersesat.

Salam,

Dewi Adikara.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s